Wednesday, September 24, 2008

sedang malas menanggapi.

otak:
Malam itu Tuan kita baru saja pulang, dan kau sedang tidak ada ketika dia memanggil.. Asal kau tahu saja, saat itu aku sedang sibuk dan lelah kawan! mengurusi dan memikirkan masalah-masalah lain yang sangat mengganggu Tuan kita! Mungkin terlalu lelah sehingga aku sedang malas meladeninya.. kubilang saja begitu, dan baru saja mau kupanggilkan dirimu, dia menutupnya, sepertinya dia sudah terlalu marah. terluka.
hati:
Ya! Dia terluka, tidakkah kau lihat itu di matanya kawan? Dia sangat terluka! sampai tidak ingin bertemu lagi denganku kawan! apa yang sebenarnya kau katakan padanya?

otak:
Itu tadi...Aku sedang malas meladeninya. 'Sedang' lho, bukan 'sudah'..kau tahu bedanya bukan?
hati:
Ya..tapi tidak semua orang mengenalmu seperti aku kawan! sekarang dia bilang sudah tidak mau bersahabat lagi dengan kita kawan! Sedih sekali mendengarnya! Tidak adakah kata-kata lain yang lebih sopan atau ramah yang bisa kau ucapkan saat itu? Tidak perlu sekasar itu kawan!

otak:
Lho? karena dia sudah kuanggap dekat pula aku bisa berkata seperti itu, aku rasa aku tidak perlu berpura-pura di depannya kawan! kalau aku sedang malas maka aku akan bilang seperti itu, seperti apa yang ada di kepalaku saat itu! ... Jadi dia sekarang marah? terluka? Apa yang menyebabkannya seperti itu? Mungkin benar aku kasar, padahal kata-kata itu datar kuucapkan..mungkin dia saja yang membacanya lain. Apapun itu sepertinya memang salahku, Sampaikan maafku kepadanya kawan, itupun jika dia bersedia.. Aku terlalu lelah.
hati:
Memang apa masalah yang sedang dihadapi oleh Tuan kita?

otak:
Banyak! bahkan yang dulu sudah kukira selesai ternyata belum! Tapi sudahlah, masalah-masalah itu tidak perlu kau pikirkan. Padahal jika semua itu sudah kurumuskan aku ingin sekali berbagi denganmu bahkan dengannya. Tapi sepertinya itu tidak mungkin terjadi lagi, jadi biarkan aku sajalah yang memikirkannya.
hati:
Ya..sedih sekali sebenarnya. Padahal dia sudah kau anggap dekat. Aku tahu betapa susahnya untuk bisa mendekatimu kawan. Sebentar, aku ingin menghubunginya mencoba meluruskan masalah ini. Dia perlu tahu kau tidak bermaksud melukainya kawan. Sebentar.

Hati pergi menghubungi dia. Di luar hujan. Tidak diangkat. Sedang sibuk. Berulang-ulang. Hujan berhenti. Tidak tersambungkan.

otak:
Bagaimana? Tersambungkan?
hati:
Tidak. Sekali diangkat lalu berkata sesuatu yang tidak jelas bagiku, diputus. Ah, bagaimana ini? Salahmu kali ini sepenuhnya kawan! Aku sedih, terluka. Dia juga. Salahmu kawan! Salahmu!

otak:
Salahku? itu benar. Aku akui. Tapi tidak sepenuhnya! Aku tidak ingin menyalahkannya, sepertinya ini hanya salah paham. Aku bertanya, dimana dirimu saat itu kawan? dimana kau sehingga harus aku yang ada di sana menjawabnya?
hati:
...

otak:
Dimana kau kawan?
hati:
...

otak:
Tak usah kau tutupi kawan! Kau sedang terluka bukan? Terluka melihat dia bahagia bersamanya siang itu! Aku melihatnya, kau terluka sekali kawan! Aku tahu sekali. Kau cemburu bukan?
hati:
...

otak:
Benar bukan? kau cemburu dan terluka?
hati:
Ya aku cemburu. tapi bukan karena dia bersamanya. Perlahan-lahan aku sudah agak bisa mulai menerima hal itu. Tapi yang membuatku terluka adalah ketika ia menyembunyikan sesuatu dariku. Sesuatu yang sangat membuatnya bahagia dan dia menyembunyikannya dariku. Aku terluka karena itu.

otak:
Kau sudah bisa menerimanya bukan? menerima bahwa dia bukan milikmu? seperti yang sudah pernah kusampaikan bukan? ini resikonya kawan. Lalu apa masalahnya? Kau dan dia sudah memutuskan seperti itu bukan? berjalan apa adanya... Sebenarnya kalian berdua itu memutuskan apa sih?
hati:
...

otak:
...
hati:
Ya sudah diputuskan untuk berjalan apa adanya, kaupun menyarankan agar seperti itu bukan? biarlah tumbuh atau biarlah hilang.

otak:
Betul, dan kalian sudah menyetujuinya bukan?
hati:
Ya, sepertinya begitu. Dia juga setuju. Menjadi Sahabat saja sudah cukup buatku. Tapi bukan berarti kau bisa melukainya seperti itu, sepertinya kau memang sengaja melakukan itu! kau sengaja menebang rasa yang telah tumbuh itu dengan perbuatanmu kali ini!

otak:
Tunggu, jika memang aku sengaja melakukannya... Lalu apa masalahnya? seharusnya dia mendukungku karena sepertinya dia tidak berani untuk melukaimu kawan! Tapi aku masih tak mengerti mengapa dia harus terluka..
hati:
...

otak:
Seharusnya dia sadar bahwa ini salah satu cara mengatasi masalahmu, masalah hati. Maka dia seharusnya membiarkan aku menebangnya sehingga kalian bisa bersahabat tanpa halangan!
bersahabat tanpa perlu khawatir akan rasa yang tumbuh itu! Bukan begitu?
hati:
... Benar juga yang kau katakan, seharusnya dia tidak perlu merasa terluka.. Apa dia..

otak:
Apa dia suka padamu? hahaha Dont assume things my friend, cause that's when you make an ASS of U and ME! Kupikir kau perlu tanyakan langsung padanya dan juga perihal mengapa dia terluka... Aku tak pernah mengerti kalian berdua, tak pernah mengerti tingkah laku kau dan dia!
Buatku ini bukan masalah besar, hanya sebuah kesalahpahaman kecil saja. Jangan dibuat panjang!
hati:
Tapi dia terluka, kawan...

otak:
Seperti yang kubilang tadi, tanyakan langsung padanya! Aku minta maaf jika tindakan dan perkataanku yang memulai semua ini kawan, merusak persahabatanmu dengan dia.
hati:
...

otak:
Aku salut padamu yang sepertinya sudah bisa menanggung resiko yang dulu kita bicarakan. Aku tak pernah bermaksud untuk mengulangi hal ini, namun sepertinya memang masih belum ada yang bisa dekat dan bersahabat denganku dengan pikiranku..
hati:
Tidak..tidak..jangan berpikiran seperti itu kawan. Yang penting aku harus mencoba untuk menghubunginya dan menjelaskan kesalahpahaman yang sepertinya sangat membuat dia terluka.

otak:
Ya, memang sebaiknya hal itu yang harus dilakukan.
hati:
Benar. Setidaknya aku sudah mencoba menghubunginya. Meskipun bukan aku yang memutuskan, tapi dia. Jika benar-benar harus seperti ini jadinya, Aku hargai keputusannya.

otak:
...Oh, jika kau berhasil bertemu dengannya, tolong tanyakan padanya ini..
hati:
Apa?

otak:
Apa memang benar dia yang terluka atau teman bulanannya!?

1 comment:

danaputra said...

konsepnya blog ini monolouge ya?