Suatu malam di pertengahan bulan sembilan. Hati mengunci diri di dalam sebuah ruangan dan mulai melakukan panggilan ke luar, ke seseorang yang dulu membuatnya berusaha pergi dan bermain-main di luar gerbang itu dan menyatakan apa yang dia rasa selama ini. Otak yang sudah hampir tertidur mendengar hal ini pun terbangun dan berusaha ikut campur dengan menggedor-gedor pintu dan berteriak-teriak meracau tidak jelas sedikit mengganggu pembicaraan mereka. Pembicaraan selesai, pintu terbuka dan mulailah pembicaraan yang lain.
otak:
Apa yang kau lakukan barusan kawan?
hati:
Maafkan aku, aku tidak bisa menahan apa yang kurasakan.. baru saja aku berbicara dengannya dan menjelaskan semuanya, meskipun sedikit terganggu dengan kehadiranmu yang membuatnya ragu tapi sepertinya kini dia tahu bahwa ini serius. Maaf.
otak:
Kau lupa apa yang baru kemarin kita perbincangkan dan yang telah kita putuskan?
hati:
Tidak, aku ingat dengan jelas apa yang kita putuskan. Tapi ini masalahku, masalah rasa, masalah hati. Aku tak bisa menahannya. Maafkan aku, bisakah kau pergi dan kita bincangkan nanti atau besok? Sekarang aku ingin menikmati dulu rasa ini.. rasa yang sangat indah kawan, hanya karena aku mendengar suaranya..
Keduanya diam, bertatapan dan sepertinya keduanya lelah. Mengakhiri malamnya masing-masing. Selang beberapa jam keduanya bertemu.
otak:
Apa yang kau bicarakan dengannya kawan?
hati:
Banyak! Aku hanya mencoba jujur. tentang bagaimana dia ada di pikiranku setiap saat, bagaimana aku merindukannya setiap tak bersamanya, betapa senangnya aku hanya dengan melihat dan mendengarkan dia bercerita, betapa aku peduli padanya, dan bagaimana senyum dan segala gerak geriknya yang membuat rasa ini semakin tumbuh..
otak:
Rasa? rasa apa?
hati:
Cinta, Sayang, atau apalah namanya, aku tak pandai berkata-kata!
otak:
...
hati:
Kami juga membicarakanmu kawan. tentang bagaimana kau berusaha menutup-nutupi semua ini dengan menjadi bukan dirimu..
otak:
Bukan diriku?
hati:
Ya... tentang kau yang sepertinya kehabisan akal dalam menanggapi hal ini. Mencoba beramah-tamah dengan yang lain di depan maupun di belakangnya, mencoba menipu dirinya dan Tuan kita! Kau membuat semua ini menjadi tidak jelas baginya! Aku sedikit menyalahkanmu karena kaulah yang membuatnya ragu akan keseriusanku.
otak:
Keseriusan? ini serius? bukan hanya perlintasan semata?
hati:
Tidak. Kali ini aku serius. Aku juga tak mengerti mengapa bisa seperti ini. Sungguh.
otak:
Dia tahu? Dia tahu kau serius?
hati:
Pada awalnya tidak, karena kau terus berteriak-teriak dan menggedor-gedor pintu, sedikit mengganggu sehingga dia agak ragu. Belum lagi hal-hal cupu lainnya yang ikut mengganggu. Tapi seharusnya kini dia tahu tentang betapa seriusnya rasa ini. Cinta, sayang atau apalah namanya. Dan aku sangat senang akan hal itu.
otak:
...
hati:
Maafkan aku sekali lagi kawan untuk mengkhianati keputusan kita. Aku hanya ingin berbicara dan jujur padanya. Aku tidak ingin menunggu dan meninggalkan hal ini berlarut-larut dalam ketidakjelasan..
otak:
Apa tanggapannya?
hati:
Tidak jauh berbeda denganmu kawan. Dia heran mengapa ini bisa terjadi. Aneh katanya, kok bisa ya? Dia hanya tertawa dan berterima kasih ketika aku menyatakan itu kepadanya.
otak:
menyatakan apa?
hati:
Cinta, Sayang, atau apalah namanya!
otak:
Mungkin dia hanya tidak ingin menyakitimu kawan, dengan bersikap seperti itu..
hati:
Ya... Sepertinya begitu... Aku SANGAT tidak peka akan hal itu. Dan aku ingin kau tahu satu hal yang dia katakan padaku..
otak:
Apa itu?
hati:
Dia telah mengganggap kita sebagai sahabat! aku ulangi: Sahabat! bukan hanya teman! Tidak tahu denganmu, tapi aku sangat berterimakasih dan tersanjung dia telah mengganggap kita seperti itu.. Bagaimana denganmu kawan? karena aku ingat betapa pentingnya arti kata itu untukmu...
otak:
Sahabat?
hati:
ya, sahabat! bayangkan! siapa sangka?
otak:
...
hati:
Tapi janganlah kau khawatir kawan, karena tampaknya hanya sebatas itu saja untuk ke depannya. Aku dan dia sudah memutuskan hal ini. Maaf untuk tidak menyertakanmu, tapi aku ingin mendengarnya sendiri. Sahabat, tidak kurang dan tidak lebih. Sepertinya rasa ini memang harus dihilangkan atau bahkan dicabut ke akar-akarnya.
otak:
Kalian sudah memutuskan seperti itu? Maafkan aku kawan, hal inilah yang sebenarnya sangat ingin kuhindarkan darimu. Aku selalu menjagamu dengan baik-baik dan hati-hati sekali.
hati:
Tidak apa kawan, aku sangat berterima kasih akan hal itu. Meskipun benar salah itu relatif, tapi sepertinya dalam kasus ini akulah yang salah bukan kamu atau dia.. Ya setidaknya semuanya sudah jelas..
otak:
Jelas? Jelas bagaimana? sepertinya rasa itu belum hilang kawan..susah untuk menghilangkannya!
hati:
Ya.. Dia pun berkata seperti itu, aku juga bercerita tentang tiga cara untuk mengatasi hal itu. Cara-cara aneh yang entah kau dapat darimana..
otak:
Tiga cara?
hati:
Ya, tidak ingatkah kau kawan? untuk mencari kesalahannya, menjauh darinya atau mencari yang lain. Tiga cara yang kita tertawakan karena sangat bukan kita. Dia juga tidak setuju akan ketiga cara itu..Dia menertawakannya..
otak:
Dia tertawa? tidak memberikan solusi?
hati:
Dia hanya menyarankan agar aku untuk tidak menambah atau mengurangi apapun, biarkan semua berjalan apa adanya seperti biasa..
otak:
Tidak menambah atau mengurangi? berjalan apa adanya? Lalu apa yang harus dilakukan dengan rasa yang telah kau tumbuhkan itu?
hati:
Hahaha... Dia sepertinya juga tidak tahu kawan.. ini semua aneh baginya... menurutnya yang bermasalah adalah aku, karena aku yang merasa dan dia berjanji akan membantuku untuk mengatasinya... Tapi dia ingin semua berjalan apa adanya..tidak menambah ataupun mengurangi apapun.. Ya gitu deh katanya. Dan aku setuju dengannya kawan, dengan ditemani waktu, sepertinya ini memang hal terbaik yang harus kulakukan.. tidak jauh berbeda dengan apa yang kita putuskan kemarin bukan?
otak:
...
hati:
Aku harus bisa berbesar diri kali ini. Sepertinya aku harus memendam dan mengubur rasa ini dalam-dalam. Ya sudahlah, toh dia sudah mengganggapku sebagai sahabat, tidak kurang dan tidak lebih. Sepertinya aku cukup puas akan hal itu.
otak:
...
hati:
...
otak:
Tidak, tidak! sepertinya kali ini berbeda. Karena setiap kali kau bertemu dengannya, rasa itu pasti akan terus tumbuh, Aku tahu, karena selama ini aku selalu mengajakmu menjauh darinya ini, lari darinya ketika dia bersama dengan yang lain. Sepertinya aku salah, itu hanya menambah lukamu saja, bukan begitu?
hati:
...
otak:
Berjalan apa adanya? tidak menambah atau mengurangi? BAH! semua itu sepertinya omong kosong! Aku hargai pendapatnya tapi aku benci melihatmu seperti ini kawan. Apa benar kau ingin menghilangkan rasa itu? Tanyakan benar-benar pada dirimu hai kawan!
hati:
...
otak:
Apa benar kau ingin menjauh darinya? apa benar kau hanya ingin sampai di sini?
hati:
...tidak
otak:
Apa? Aku tak mendengarmu?
hati:
...Tidak!
otak:
Apa yang tidak?
hati:
Aku tidak ingin menjauh, aku tidak ingin mencari-cari kesalahannya (karena sebenarnya dia memang tidak pernah melukai aku) aku tidak ingin berhenti sampai di sini, dan aku tidak ingin mengubur apalagi menghilangkan rasa ini!
otak:
Rasa apa?
hati:
Cinta! Sayang! atau apalah namanya! Rasa yang membuatku bahagia saat ini!
otak:
Lalu apa yang kau inginkan?
hati:
Aku ingin...
otak:
Apa yang kau inginkan?
hati:
Aku ingin... Aku ingin dia! Aku cinta, sayang atau apalah namanya kepadanya! Aku menginginkannya!
otak:
(berpikir)
hati:
Lalu?
otak:
Jika memang benar seperti itu... maka sepertinya aku dapat merumuskan sebuah cara lain untuk mengatasi hal ini, sebuah cara yang sepertinya peleburan dari yang lain, bahkan termasuk penyesuaian dari saran dia. Sebuah cara yang mudah namun beresiko.
hati:
... Aku mendengarkan...
otak:
Kau telah merasakan hal ini jauh lebih dalam yang kukira dan rasa itu telah tumbuh jauh lebih besar dari yang dapat kubayangkan.
hati:
Ya... itu sudah jelas bukan..
otak:
Maka sebaiknya kali ini aku tidak akan melarangmu untuk merasakan hal ini kawan. Semakin kau berusaha menghilangkannya, kau hanya akan semakin merasakannya, aku tak tahan melihatmu seperti ini terus kawan! Aku terganggu.
hati:
Lalu..maksudmu?
otak:
Maksudku, sudahlah, jangan kau berusaha lagi untuk menghilangkan rasa itu. Cinta, Sayang, atau apalah namanya. Nikmati saja. Nikmati. Karena sepertinya rasa itu memang untuk dinikmati. Aku hampir melupakan hal yang mudah seperti ini kawan dengan melarangmu, maafkan aku akan hal itu kawan, maafkan aku untuk membatasimu dan melarangmu sebelumnya.. Adalah sepenuhnya kesalahanku untuk melarangmu memiliki dan menumbuhkannya.. Aku sungguh tak tahu harus berbuat apa! Jadi sekarang aku mempersilakan dan memohon padamu untuk menikmatinya! menikmati.
hati:
...
otak:
Ya! Nikmati sajalah dulu. Karena sepertinya dari awal rasa ini tumbuh dengan liar maka biarkan rasa itu tumbuh dengan liar! Jikalau memang harus terus tumbuh ya biarkanlah.. Dan jikalau memang harus hilang ya hilang... tetapi kita tidak perlu berusaha untuk melakukannya. Tidak. Bukan aku ataupun kau. Bukan kita. Kau hanya perlu menikmatinya. mudah bukan?
hati:
Lalu apa resikonya?
otak:
Resikonya, Tuan kita akan terluka, tersakiti. Sepenuhnya resiko ini kau yang akan menanggung! Tapi aku yakin kau bisa mempertanggungjawabkannya. Jangan khawatir, aku juga pasti akan ada di sana jika hal itu terjadi.
hati:
...
otak:
Bagaimana?
hati:
...Tidak biasanya kau mengajukan cara seperti ini kawan! beresiko! sangat berbeda, seperti bukan dirimu yang penuh perhitungan! Tapi aku suka cara ini kawan, dan aku siap akan resikonya! hahaha, tidak terbayangkan aku bisa berkata seperti itu. Tampaknya sedikit demi sedikit ada perubahan dalam diriku, apakah benar seperti itu kawan?
otak:
Bukan hanya dirimu, akupun begitu, dan sepertinya itu semua karenamu. karena rasa yang telah kau tumbuhkan untuknya. Kau bahagia, dan aku senang melihatmu bahagia kawan!
hati:
Ya! Aku sedang bahagia! sangat bahagia! Bahagia karena dia, dan juga rasa yang telah tumbuh untuknya. Andai saja dia juga seperti ini...
otak:
Hahaha... Jika memang seperti itu, ijinkan aku untuk berunding denganmu dan dia tentang hak dan kewajiban serta tentang masa depan kita. Tetapi untuk saat ini jangan terlalu meninggikan harapan kawan, resiko jatuhnya lebih sakit dari yang bisa kau bayangkan.. Jangan terburu-buru, nikmati saja dulu. Nikmati. Aku akan terus ada di sini, mendampingi dan membantumu. Meskipun aku sepertinya juga sangat menginginkannya, tetapi hal itu sepenuhnya adalah hak dan pilihan dia sendiri...
hati:
Hak dan pilihan apa?
otak:
Hak untuk menumbuhkan dan merasakan apa yang ada di dirimu.
hati:
Menumbuhkan? Merasakan? Apa yang tumbuh? Apa yang dirasakan?
otak:
Cinta! Sayang! atau apalah namanya!
otak:
Apa yang kau lakukan barusan kawan?
hati:
Maafkan aku, aku tidak bisa menahan apa yang kurasakan.. baru saja aku berbicara dengannya dan menjelaskan semuanya, meskipun sedikit terganggu dengan kehadiranmu yang membuatnya ragu tapi sepertinya kini dia tahu bahwa ini serius. Maaf.
otak:
Kau lupa apa yang baru kemarin kita perbincangkan dan yang telah kita putuskan?
hati:
Tidak, aku ingat dengan jelas apa yang kita putuskan. Tapi ini masalahku, masalah rasa, masalah hati. Aku tak bisa menahannya. Maafkan aku, bisakah kau pergi dan kita bincangkan nanti atau besok? Sekarang aku ingin menikmati dulu rasa ini.. rasa yang sangat indah kawan, hanya karena aku mendengar suaranya..
Keduanya diam, bertatapan dan sepertinya keduanya lelah. Mengakhiri malamnya masing-masing. Selang beberapa jam keduanya bertemu.
otak:
Apa yang kau bicarakan dengannya kawan?
hati:
Banyak! Aku hanya mencoba jujur. tentang bagaimana dia ada di pikiranku setiap saat, bagaimana aku merindukannya setiap tak bersamanya, betapa senangnya aku hanya dengan melihat dan mendengarkan dia bercerita, betapa aku peduli padanya, dan bagaimana senyum dan segala gerak geriknya yang membuat rasa ini semakin tumbuh..
otak:
Rasa? rasa apa?
hati:
Cinta, Sayang, atau apalah namanya, aku tak pandai berkata-kata!
otak:
...
hati:
Kami juga membicarakanmu kawan. tentang bagaimana kau berusaha menutup-nutupi semua ini dengan menjadi bukan dirimu..
otak:
Bukan diriku?
hati:
Ya... tentang kau yang sepertinya kehabisan akal dalam menanggapi hal ini. Mencoba beramah-tamah dengan yang lain di depan maupun di belakangnya, mencoba menipu dirinya dan Tuan kita! Kau membuat semua ini menjadi tidak jelas baginya! Aku sedikit menyalahkanmu karena kaulah yang membuatnya ragu akan keseriusanku.
otak:
Keseriusan? ini serius? bukan hanya perlintasan semata?
hati:
Tidak. Kali ini aku serius. Aku juga tak mengerti mengapa bisa seperti ini. Sungguh.
otak:
Dia tahu? Dia tahu kau serius?
hati:
Pada awalnya tidak, karena kau terus berteriak-teriak dan menggedor-gedor pintu, sedikit mengganggu sehingga dia agak ragu. Belum lagi hal-hal cupu lainnya yang ikut mengganggu. Tapi seharusnya kini dia tahu tentang betapa seriusnya rasa ini. Cinta, sayang atau apalah namanya. Dan aku sangat senang akan hal itu.
otak:
...
hati:
Maafkan aku sekali lagi kawan untuk mengkhianati keputusan kita. Aku hanya ingin berbicara dan jujur padanya. Aku tidak ingin menunggu dan meninggalkan hal ini berlarut-larut dalam ketidakjelasan..
otak:
Apa tanggapannya?
hati:
Tidak jauh berbeda denganmu kawan. Dia heran mengapa ini bisa terjadi. Aneh katanya, kok bisa ya? Dia hanya tertawa dan berterima kasih ketika aku menyatakan itu kepadanya.
otak:
menyatakan apa?
hati:
Cinta, Sayang, atau apalah namanya!
otak:
Mungkin dia hanya tidak ingin menyakitimu kawan, dengan bersikap seperti itu..
hati:
Ya... Sepertinya begitu... Aku SANGAT tidak peka akan hal itu. Dan aku ingin kau tahu satu hal yang dia katakan padaku..
otak:
Apa itu?
hati:
Dia telah mengganggap kita sebagai sahabat! aku ulangi: Sahabat! bukan hanya teman! Tidak tahu denganmu, tapi aku sangat berterimakasih dan tersanjung dia telah mengganggap kita seperti itu.. Bagaimana denganmu kawan? karena aku ingat betapa pentingnya arti kata itu untukmu...
otak:
Sahabat?
hati:
ya, sahabat! bayangkan! siapa sangka?
otak:
...
hati:
Tapi janganlah kau khawatir kawan, karena tampaknya hanya sebatas itu saja untuk ke depannya. Aku dan dia sudah memutuskan hal ini. Maaf untuk tidak menyertakanmu, tapi aku ingin mendengarnya sendiri. Sahabat, tidak kurang dan tidak lebih. Sepertinya rasa ini memang harus dihilangkan atau bahkan dicabut ke akar-akarnya.
otak:
Kalian sudah memutuskan seperti itu? Maafkan aku kawan, hal inilah yang sebenarnya sangat ingin kuhindarkan darimu. Aku selalu menjagamu dengan baik-baik dan hati-hati sekali.
hati:
Tidak apa kawan, aku sangat berterima kasih akan hal itu. Meskipun benar salah itu relatif, tapi sepertinya dalam kasus ini akulah yang salah bukan kamu atau dia.. Ya setidaknya semuanya sudah jelas..
otak:
Jelas? Jelas bagaimana? sepertinya rasa itu belum hilang kawan..susah untuk menghilangkannya!
hati:
Ya.. Dia pun berkata seperti itu, aku juga bercerita tentang tiga cara untuk mengatasi hal itu. Cara-cara aneh yang entah kau dapat darimana..
otak:
Tiga cara?
hati:
Ya, tidak ingatkah kau kawan? untuk mencari kesalahannya, menjauh darinya atau mencari yang lain. Tiga cara yang kita tertawakan karena sangat bukan kita. Dia juga tidak setuju akan ketiga cara itu..Dia menertawakannya..
otak:
Dia tertawa? tidak memberikan solusi?
hati:
Dia hanya menyarankan agar aku untuk tidak menambah atau mengurangi apapun, biarkan semua berjalan apa adanya seperti biasa..
otak:
Tidak menambah atau mengurangi? berjalan apa adanya? Lalu apa yang harus dilakukan dengan rasa yang telah kau tumbuhkan itu?
hati:
Hahaha... Dia sepertinya juga tidak tahu kawan.. ini semua aneh baginya... menurutnya yang bermasalah adalah aku, karena aku yang merasa dan dia berjanji akan membantuku untuk mengatasinya... Tapi dia ingin semua berjalan apa adanya..tidak menambah ataupun mengurangi apapun.. Ya gitu deh katanya. Dan aku setuju dengannya kawan, dengan ditemani waktu, sepertinya ini memang hal terbaik yang harus kulakukan.. tidak jauh berbeda dengan apa yang kita putuskan kemarin bukan?
otak:
...
hati:
Aku harus bisa berbesar diri kali ini. Sepertinya aku harus memendam dan mengubur rasa ini dalam-dalam. Ya sudahlah, toh dia sudah mengganggapku sebagai sahabat, tidak kurang dan tidak lebih. Sepertinya aku cukup puas akan hal itu.
otak:
...
hati:
...
otak:
Tidak, tidak! sepertinya kali ini berbeda. Karena setiap kali kau bertemu dengannya, rasa itu pasti akan terus tumbuh, Aku tahu, karena selama ini aku selalu mengajakmu menjauh darinya ini, lari darinya ketika dia bersama dengan yang lain. Sepertinya aku salah, itu hanya menambah lukamu saja, bukan begitu?
hati:
...
otak:
Berjalan apa adanya? tidak menambah atau mengurangi? BAH! semua itu sepertinya omong kosong! Aku hargai pendapatnya tapi aku benci melihatmu seperti ini kawan. Apa benar kau ingin menghilangkan rasa itu? Tanyakan benar-benar pada dirimu hai kawan!
hati:
...
otak:
Apa benar kau ingin menjauh darinya? apa benar kau hanya ingin sampai di sini?
hati:
...tidak
otak:
Apa? Aku tak mendengarmu?
hati:
...Tidak!
otak:
Apa yang tidak?
hati:
Aku tidak ingin menjauh, aku tidak ingin mencari-cari kesalahannya (karena sebenarnya dia memang tidak pernah melukai aku) aku tidak ingin berhenti sampai di sini, dan aku tidak ingin mengubur apalagi menghilangkan rasa ini!
otak:
Rasa apa?
hati:
Cinta! Sayang! atau apalah namanya! Rasa yang membuatku bahagia saat ini!
otak:
Lalu apa yang kau inginkan?
hati:
Aku ingin...
otak:
Apa yang kau inginkan?
hati:
Aku ingin... Aku ingin dia! Aku cinta, sayang atau apalah namanya kepadanya! Aku menginginkannya!
otak:
(berpikir)
hati:
Lalu?
otak:
Jika memang benar seperti itu... maka sepertinya aku dapat merumuskan sebuah cara lain untuk mengatasi hal ini, sebuah cara yang sepertinya peleburan dari yang lain, bahkan termasuk penyesuaian dari saran dia. Sebuah cara yang mudah namun beresiko.
hati:
... Aku mendengarkan...
otak:
Kau telah merasakan hal ini jauh lebih dalam yang kukira dan rasa itu telah tumbuh jauh lebih besar dari yang dapat kubayangkan.
hati:
Ya... itu sudah jelas bukan..
otak:
Maka sebaiknya kali ini aku tidak akan melarangmu untuk merasakan hal ini kawan. Semakin kau berusaha menghilangkannya, kau hanya akan semakin merasakannya, aku tak tahan melihatmu seperti ini terus kawan! Aku terganggu.
hati:
Lalu..maksudmu?
otak:
Maksudku, sudahlah, jangan kau berusaha lagi untuk menghilangkan rasa itu. Cinta, Sayang, atau apalah namanya. Nikmati saja. Nikmati. Karena sepertinya rasa itu memang untuk dinikmati. Aku hampir melupakan hal yang mudah seperti ini kawan dengan melarangmu, maafkan aku akan hal itu kawan, maafkan aku untuk membatasimu dan melarangmu sebelumnya.. Adalah sepenuhnya kesalahanku untuk melarangmu memiliki dan menumbuhkannya.. Aku sungguh tak tahu harus berbuat apa! Jadi sekarang aku mempersilakan dan memohon padamu untuk menikmatinya! menikmati.
hati:
...
otak:
Ya! Nikmati sajalah dulu. Karena sepertinya dari awal rasa ini tumbuh dengan liar maka biarkan rasa itu tumbuh dengan liar! Jikalau memang harus terus tumbuh ya biarkanlah.. Dan jikalau memang harus hilang ya hilang... tetapi kita tidak perlu berusaha untuk melakukannya. Tidak. Bukan aku ataupun kau. Bukan kita. Kau hanya perlu menikmatinya. mudah bukan?
hati:
Lalu apa resikonya?
otak:
Resikonya, Tuan kita akan terluka, tersakiti. Sepenuhnya resiko ini kau yang akan menanggung! Tapi aku yakin kau bisa mempertanggungjawabkannya. Jangan khawatir, aku juga pasti akan ada di sana jika hal itu terjadi.
hati:
...
otak:
Bagaimana?
hati:
...Tidak biasanya kau mengajukan cara seperti ini kawan! beresiko! sangat berbeda, seperti bukan dirimu yang penuh perhitungan! Tapi aku suka cara ini kawan, dan aku siap akan resikonya! hahaha, tidak terbayangkan aku bisa berkata seperti itu. Tampaknya sedikit demi sedikit ada perubahan dalam diriku, apakah benar seperti itu kawan?
otak:
Bukan hanya dirimu, akupun begitu, dan sepertinya itu semua karenamu. karena rasa yang telah kau tumbuhkan untuknya. Kau bahagia, dan aku senang melihatmu bahagia kawan!
hati:
Ya! Aku sedang bahagia! sangat bahagia! Bahagia karena dia, dan juga rasa yang telah tumbuh untuknya. Andai saja dia juga seperti ini...
otak:
Hahaha... Jika memang seperti itu, ijinkan aku untuk berunding denganmu dan dia tentang hak dan kewajiban serta tentang masa depan kita. Tetapi untuk saat ini jangan terlalu meninggikan harapan kawan, resiko jatuhnya lebih sakit dari yang bisa kau bayangkan.. Jangan terburu-buru, nikmati saja dulu. Nikmati. Aku akan terus ada di sini, mendampingi dan membantumu. Meskipun aku sepertinya juga sangat menginginkannya, tetapi hal itu sepenuhnya adalah hak dan pilihan dia sendiri...
hati:
Hak dan pilihan apa?
otak:
Hak untuk menumbuhkan dan merasakan apa yang ada di dirimu.
hati:
Menumbuhkan? Merasakan? Apa yang tumbuh? Apa yang dirasakan?
otak:
Cinta! Sayang! atau apalah namanya!
----
Just please be true and Just i love you..
i can't fight this feeling and i'm not sorry for loving you.
cause i'm gonna let it flow, can't fight it, it'll just hurt me more..
and i'm gonna let it grow, i'm feeling happy for now, that's for sure..
and i need you to be true to me and to yourself
are you taken? don't just stand there, in the shades..
whatever it is surely will clear this clouded mind of mine
i'll be okay, dont be afraid Just let me know cause i'll be fine..
there's only you and the time who'll know
if there'll be more hurt or even more love.
and that's okay, i'm fine with it..i'm really fine with it..
change. it's a wonder how a feeling make me differs on everything.
strange. yeah it is but it's just the way i'm dealing with things.
Just please be true cause Just i love you..
----
No comments:
Post a Comment