Tuesday, September 30, 2008

saya jatuh cinta. pernah.

Saya jatuh cinta. Saya selalu memikirkan dan merindukannya setiap saat: dimanapun, kapanpun, dan apapun yang sedang saya lakukan. Rasanya seperti ada yang hilang ketika saya tidak bersamanya dan tak terbayangkan betapa senangnya jika dia ada di samping saya. Setiap hari saya bertemu dengannya, mencoba merasakan wangi jasmine dari tubuhnya, saya juga selalu mencoba mencuri pandang darinya, melihat gerak-gerik, gesture tubuh dan wajahnya, segala tingkah laku dan semua hal kecil yang dia lakukan. Bagaimana dia suka menghirupi wangi rambutnya (ah kawan, andai saja kau ada di sana setiap dia kembali dari memanjakan diri dan mahkotanya di salon, wuih, cantiknya!), bagaimana dia suka menggaruk batang hidungnya (meskipun sebenarnya tidak gatal tampaknya), bagaimana dia suka mencabuti maskaranya, bagaimana dia menyantap makanannya (sangat anggun meskipun memerlukan waktu di luar normal, hahaha). Semua itu dilakukan dengan tangan mungilnya yang dihiasi dengan rambut-rambut halus itu, Aaarrgghh betapa inginnya saya menyentuh, memegang dan menggandeng tangannya itu! Matanya, bola matanya yang bulat sempurna bercahaya sangat indah membuat saya bisa sedikit melupakan kepenatan akan rutinitas setiap hari. Apalagi jika dikombinasikan dengan senyum ataupun tawanya, melayang saya dibuatnya! Senyuman serta tawanya yang terkadang memperlihatkan gigi calingnya itu sangat menggoda hati saya, menggoda saya untuk mengecup dan menikmati bibir mungil itu. Bibir mungil yang ketika berbicara selalu mengajak saya masuk ke dalam dunianya, dan saya tak pernah menolak untuk ke sana, karena saya bisa lebih mengenalnya, mengenal masakan ibunya, mengenal keponakannya yang dia sangat sayangi dan juga rusa kecil mereka. Saya selalu kangen padanya dan semua hal yang dilakukannya. Beberapa waktu lalu saya lihat dia bersama seorang balita milik sahabatnya. Bagaimana dia bersikap, merawat dan memberikan perhatian kepada anak itu membuat saya terpesona. Karena saya juga menginginkannya seperti saya menginginkan dirinya. Saya terpesona. Saya merasa nyaman bersamanya. Setiap hari, setiap hari seperti ini, semakin besar rasa itu tumbuh. Rasa yang pada awalnya saya tidak mengerti darimana asalnya. Rasa yang sudah saya rindukan sejak lama. Rasa yang kini semakin tumbuh dan tumbuh jika saya bersamanya. Rasa peduli, suka, senang, kangen, rindu, sayang atau yang biasa mereka sebut cinta. Ya! cinta, rasa itu cinta.. dan saya sangat yakin ini cinta! Saya jatuh cinta!

Saya jadi gila. Tembok es yang selalu saya jaga itu nampaknya sudah luluh, tidak semua, hanya sebagian, sepertinya cukup untuk mengundangnya masuk. Saya sedih melihat dia kadang-kadang menyangkal dirinya di hadapan teman-temannya (Oh haruskah kau seperti itu sayang?). Sungguh mati saya dibuatnya penasaran, ketika dia menyembunyikan sesuatu dari saya, ketika dia bercerita dan tidak melanjutkannya, ketika dia berencana atau hanya berkata pada saya dan tidak melaksanakannya, ketika sikap pelupanya muncul, Aaarrrrgghh, menggantung sekali saya dibuatnya. Saya jadi gila, hampir beberapa kali menabrakan diri ke trotoar jalan, hampir tertabrak akibat menerobos lampu merah, dan yang paling parah adalah saya hampir terseruduk kereta karena saya lengah. Saya menjadi ceroboh dan gegabah dalam berkata dan bersikap, tidak seperti biasanya. Kehilangan konsentrasi dan kehilangan ketenangan yang biasa saya miliki. Saya jadi gila jika memikirkan dia sedang bersama kekasih-kekasihnya, padahal dia masih sendiri. Hati saya panas dan membuat saya melakukan hal-hal yang saya tidak inginkan seperti membuatnya terluka. Ya, dia pernah terluka karena kesalahan saya, padahal saya tidak pernah bermaksud melukainya, saya jadi gila melihat dia terluka. Saya tidak pernah menyalahkannya atau siapapun selain diri saya bahwa saya jadi gila hanya karena menginginkan dirinya. Perdebatan sengit terjadi antara pikiran dan hati saya. Terbakar asmara, sakit hati, penasaran, saya gila dibuatnya! Saya jadi gila!

Tidak pernah saya memberikan hati saya kepada siapapun. Tidak, sampai kali ini, sampai saya mengenalnya. Hati ini miliknya jika dia menginginkannya, tapi bukan itu masalahnya. Kepada siapa hatinya diberikan itu jawabannya. Dia telah meletakkan kepercayaan, keraguan dan cintanya di atas sebuah kapal relasi yang melintasi beberapa laut dan daratan. Meskipun sebagian kecil dari diri saya (dan juga mungkin sebagian besar penduduk dunia!) menggangap hal itu sangat tidak masuk akal, tapi saya hargai keputusannya karena mungkin itu cinta, atau bukan, saya tidak tahu, tapi itu pilihannya (sekedar mengingatkanmu sayang, kau tidak bisa berdiri di atas dua buah perahu). Walaupun terkadang menginjak berbagai macam kotoran setidaknya dia sedang bersenang-senang. Dan bersenang-senanglah sayang! jangan sampai terluka, saya tidak ingin melihatmu terluka. Terluka. Terluka seperti saya yang sedang mengumpulkan kepingan-kepingan hati saya yang terjatuh ke lantai terlepas dari pegangan saya hanya karena mengharapkan dia menerima dan menyimpannya. Sebuah jawaban telah diberikan yang membuat dia dan saya menjadi sahabat. Sahabat, itu kata dia bukan saya hahaha. Bukan kalah, saya hanya telah salah atau mungkin telat melangkah dan meskipun banyak celah, saya memutuskan untuk cukup sudah. Saya tidak pernah menyesal telah memberikan hati saya kepadanya, padahal tidak pernah saya memberikan hati saya kepada siapapun!

Tidak terbayangkan. Jatuh Cinta. Sekarang saya beritahukan padamu kawan kenapa hal ini disebut jatuh cinta. Memang indah rasanya saat kau sedang terjatuh, indah sekali, saya akui itu. Namun perlu kuingatkan kau kawan, ketika dibawah sana tidak ada yang menangkapmu, rasanya akan sangat sakit sekali kawan! Semakin tinggi kau jatuh semakin sakit pula yang akan kau rasakan! Berhati-hatilah jangan sampai melangkah, dan jika sudah terlanjur jatuh dan tercerai-berai maka berharaplah kau pada teman-teman atau sahabat-sahabatmu untuk membantumu bangun dan berdiri kembali. Teman dan sahabat, dua hal yang tidak ada ketika saya sedang mengumpulkan kepingan-kepingan hati itu. Hanya ditemani pikiran dan saya merasa beruntung belum memberikan pikiran saya kepadanya. Ya, untung saja pikiran itu tidak tercerai berai. Kalau tidak, apalah artinya saya tanpa pikiran saya? tidak terbayangkan!

mencoba menghasilkan sesuatu dari ini semua, baru tahap lirik belum ke musik (berharap om Rod Stewart atau om Bryan Adams mau menyanyikannya nanti hahaha):

She's a friend who's a girl but not my girlfriend.

i was falling in love and i was falling apart
i've found a resolve for this shattered heart
a question is answered, a friend not a lover
could not ask for more, wont make it hard for her

so confused, she doesn't know what she really wants
end something first before you start another one
i loved her so much, but that was in the past
and the pain is still here, but soon it wont last

and she's in love with me, she just doesn't realize it yet
and i could make her mine, she just doesn't realize it yet
and when she does , believe me, that's when she regrets
that i could be the one, and probably would be the best

and she's in love with me, she just doesn't realize it yet
yeah she's in love with me, she just doesn't realize it yet


whatever didn't kill you, will make you stronger. true. but sometimes it should be killed so it would not grow any stronger. Face and kill those feelings first before you start a new one or else it just only getting stronger and stronger and it will eat you from the inside. believe me now cause i hate to say i told you so.

Saturday, September 27, 2008

Laskar Pelangi




tadinya setelah baca, langsung ingin mereview bukunya, tapi memutuskan untuk menunggu fimnya. Keputusan itu tidak salah.

Agak sedikit berbeda dengan bukunya. Namun tetap bagus dan menawan serta mengharukan.
sebuah film (buat saya) tentang perjuangan, persahabatan dan a little bit romance. Sepertinya jalur itu yang dipilih untuk diadaptasi dari bukunya. Padahal saya kira unsur petualangannya bakal diangkat, ternyata tidak.

I loved the pictures just because it's so beautiful. The art and the music are sooooo great and the script is really amazing. Semua keindahan diKarakter-karakter yang ada sangat baik tergambarkan. Saya suka sekali dengan penambahan logat karakter Mahar, tertawa saya setiap melihatnya. Lintang yang saya anggap jenius sekali di bukunya lebih dibuat manusiawi di filmnya (saya sangat berterima kasih akan hal itu.) Ikal sebagai tokoh sentral, sangat diperankan baik sekali (meskipun saya agak ragu apakah dia kidal atau tidak). Samson, Harun, Flo, Sahara, A Kiong, bu Mus, aaaahhhhhh semuanya sangat indah!

Seperti kata Mr. Hirata : jika engkau menemukan keindahan di setiap lembar novel Laskar Pelangi , engkau akan menemukan keindahan dalam setiap perpindahan gambar dalam film Laskar Pelangi!. And I'm totally agreed with that!

Salut kepada Andrea Hirata yang telah menulis bukunya. Sangat menginspirasikan. Menyarankan kita untuk bersyukur akan apa yang kita punya, terus bermimpi dan berusaha. Terima kasih kepada para pembuat filmnya dan para pemerannya yang telah berhasil (menurut saya) mengadaptasi bukunya.
It's truly an amazing job! I bet you're all really proud of it. Well I do just by watching it!
Watch this movie with the ones you loved. It's truly worth it!


Yah, sedikit review dari saya, masih banyak yang ingin dibahas sebenarnya, tapi tiba-tiba saya sedang malas, ingin istirahat sebentar. Probably gonna update it after my friends seen it, and i cant wait to hear your comments about it!

the comments:
Me: "sedikit berbeda sih..tetap bagus kok. Tapi saya lebih suka bukunya..." (melangkah pergi sambil berusaha melap muka menghilangkan air yang jatuh dari mata kanannya dari awal film dimulai wahahaha)
Adik saya: "Bagus banget! Kagum dengan Lintang!"
killedbykryptonite : "Hmmm the characters are somehow feel very close to me. minus their condition and situation. Saya yang sangat dekat seperti Lintang tetapi memilih seperti Mahar. Isn't that so, life?"
Marico: "di awalnya gw banyak ketawa maksa, tapi bbrapa endingnya bikin gw nangis beneran!"
Sandra Dewi: "Keren,sama kayak masa kecilku"

Wednesday, September 24, 2008

sedang malas menanggapi.

otak:
Malam itu Tuan kita baru saja pulang, dan kau sedang tidak ada ketika dia memanggil.. Asal kau tahu saja, saat itu aku sedang sibuk dan lelah kawan! mengurusi dan memikirkan masalah-masalah lain yang sangat mengganggu Tuan kita! Mungkin terlalu lelah sehingga aku sedang malas meladeninya.. kubilang saja begitu, dan baru saja mau kupanggilkan dirimu, dia menutupnya, sepertinya dia sudah terlalu marah. terluka.
hati:
Ya! Dia terluka, tidakkah kau lihat itu di matanya kawan? Dia sangat terluka! sampai tidak ingin bertemu lagi denganku kawan! apa yang sebenarnya kau katakan padanya?

otak:
Itu tadi...Aku sedang malas meladeninya. 'Sedang' lho, bukan 'sudah'..kau tahu bedanya bukan?
hati:
Ya..tapi tidak semua orang mengenalmu seperti aku kawan! sekarang dia bilang sudah tidak mau bersahabat lagi dengan kita kawan! Sedih sekali mendengarnya! Tidak adakah kata-kata lain yang lebih sopan atau ramah yang bisa kau ucapkan saat itu? Tidak perlu sekasar itu kawan!

otak:
Lho? karena dia sudah kuanggap dekat pula aku bisa berkata seperti itu, aku rasa aku tidak perlu berpura-pura di depannya kawan! kalau aku sedang malas maka aku akan bilang seperti itu, seperti apa yang ada di kepalaku saat itu! ... Jadi dia sekarang marah? terluka? Apa yang menyebabkannya seperti itu? Mungkin benar aku kasar, padahal kata-kata itu datar kuucapkan..mungkin dia saja yang membacanya lain. Apapun itu sepertinya memang salahku, Sampaikan maafku kepadanya kawan, itupun jika dia bersedia.. Aku terlalu lelah.
hati:
Memang apa masalah yang sedang dihadapi oleh Tuan kita?

otak:
Banyak! bahkan yang dulu sudah kukira selesai ternyata belum! Tapi sudahlah, masalah-masalah itu tidak perlu kau pikirkan. Padahal jika semua itu sudah kurumuskan aku ingin sekali berbagi denganmu bahkan dengannya. Tapi sepertinya itu tidak mungkin terjadi lagi, jadi biarkan aku sajalah yang memikirkannya.
hati:
Ya..sedih sekali sebenarnya. Padahal dia sudah kau anggap dekat. Aku tahu betapa susahnya untuk bisa mendekatimu kawan. Sebentar, aku ingin menghubunginya mencoba meluruskan masalah ini. Dia perlu tahu kau tidak bermaksud melukainya kawan. Sebentar.

Hati pergi menghubungi dia. Di luar hujan. Tidak diangkat. Sedang sibuk. Berulang-ulang. Hujan berhenti. Tidak tersambungkan.

otak:
Bagaimana? Tersambungkan?
hati:
Tidak. Sekali diangkat lalu berkata sesuatu yang tidak jelas bagiku, diputus. Ah, bagaimana ini? Salahmu kali ini sepenuhnya kawan! Aku sedih, terluka. Dia juga. Salahmu kawan! Salahmu!

otak:
Salahku? itu benar. Aku akui. Tapi tidak sepenuhnya! Aku tidak ingin menyalahkannya, sepertinya ini hanya salah paham. Aku bertanya, dimana dirimu saat itu kawan? dimana kau sehingga harus aku yang ada di sana menjawabnya?
hati:
...

otak:
Dimana kau kawan?
hati:
...

otak:
Tak usah kau tutupi kawan! Kau sedang terluka bukan? Terluka melihat dia bahagia bersamanya siang itu! Aku melihatnya, kau terluka sekali kawan! Aku tahu sekali. Kau cemburu bukan?
hati:
...

otak:
Benar bukan? kau cemburu dan terluka?
hati:
Ya aku cemburu. tapi bukan karena dia bersamanya. Perlahan-lahan aku sudah agak bisa mulai menerima hal itu. Tapi yang membuatku terluka adalah ketika ia menyembunyikan sesuatu dariku. Sesuatu yang sangat membuatnya bahagia dan dia menyembunyikannya dariku. Aku terluka karena itu.

otak:
Kau sudah bisa menerimanya bukan? menerima bahwa dia bukan milikmu? seperti yang sudah pernah kusampaikan bukan? ini resikonya kawan. Lalu apa masalahnya? Kau dan dia sudah memutuskan seperti itu bukan? berjalan apa adanya... Sebenarnya kalian berdua itu memutuskan apa sih?
hati:
...

otak:
...
hati:
Ya sudah diputuskan untuk berjalan apa adanya, kaupun menyarankan agar seperti itu bukan? biarlah tumbuh atau biarlah hilang.

otak:
Betul, dan kalian sudah menyetujuinya bukan?
hati:
Ya, sepertinya begitu. Dia juga setuju. Menjadi Sahabat saja sudah cukup buatku. Tapi bukan berarti kau bisa melukainya seperti itu, sepertinya kau memang sengaja melakukan itu! kau sengaja menebang rasa yang telah tumbuh itu dengan perbuatanmu kali ini!

otak:
Tunggu, jika memang aku sengaja melakukannya... Lalu apa masalahnya? seharusnya dia mendukungku karena sepertinya dia tidak berani untuk melukaimu kawan! Tapi aku masih tak mengerti mengapa dia harus terluka..
hati:
...

otak:
Seharusnya dia sadar bahwa ini salah satu cara mengatasi masalahmu, masalah hati. Maka dia seharusnya membiarkan aku menebangnya sehingga kalian bisa bersahabat tanpa halangan!
bersahabat tanpa perlu khawatir akan rasa yang tumbuh itu! Bukan begitu?
hati:
... Benar juga yang kau katakan, seharusnya dia tidak perlu merasa terluka.. Apa dia..

otak:
Apa dia suka padamu? hahaha Dont assume things my friend, cause that's when you make an ASS of U and ME! Kupikir kau perlu tanyakan langsung padanya dan juga perihal mengapa dia terluka... Aku tak pernah mengerti kalian berdua, tak pernah mengerti tingkah laku kau dan dia!
Buatku ini bukan masalah besar, hanya sebuah kesalahpahaman kecil saja. Jangan dibuat panjang!
hati:
Tapi dia terluka, kawan...

otak:
Seperti yang kubilang tadi, tanyakan langsung padanya! Aku minta maaf jika tindakan dan perkataanku yang memulai semua ini kawan, merusak persahabatanmu dengan dia.
hati:
...

otak:
Aku salut padamu yang sepertinya sudah bisa menanggung resiko yang dulu kita bicarakan. Aku tak pernah bermaksud untuk mengulangi hal ini, namun sepertinya memang masih belum ada yang bisa dekat dan bersahabat denganku dengan pikiranku..
hati:
Tidak..tidak..jangan berpikiran seperti itu kawan. Yang penting aku harus mencoba untuk menghubunginya dan menjelaskan kesalahpahaman yang sepertinya sangat membuat dia terluka.

otak:
Ya, memang sebaiknya hal itu yang harus dilakukan.
hati:
Benar. Setidaknya aku sudah mencoba menghubunginya. Meskipun bukan aku yang memutuskan, tapi dia. Jika benar-benar harus seperti ini jadinya, Aku hargai keputusannya.

otak:
...Oh, jika kau berhasil bertemu dengannya, tolong tanyakan padanya ini..
hati:
Apa?

otak:
Apa memang benar dia yang terluka atau teman bulanannya!?

Sunday, September 21, 2008

Cinta! Sayang! atau apalah namanya!

Suatu malam di pertengahan bulan sembilan. Hati mengunci diri di dalam sebuah ruangan dan mulai melakukan panggilan ke luar, ke seseorang yang dulu membuatnya berusaha pergi dan bermain-main di luar gerbang itu dan menyatakan apa yang dia rasa selama ini. Otak yang sudah hampir tertidur mendengar hal ini pun terbangun dan berusaha ikut campur dengan menggedor-gedor pintu dan berteriak-teriak meracau tidak jelas sedikit mengganggu pembicaraan mereka. Pembicaraan selesai, pintu terbuka dan mulailah pembicaraan yang lain.

otak:
Apa yang kau lakukan barusan kawan?
hati:
Maafkan aku, aku tidak bisa menahan apa yang kurasakan.. baru saja aku berbicara dengannya dan menjelaskan semuanya, meskipun sedikit terganggu dengan kehadiranmu yang membuatnya ragu tapi sepertinya kini dia tahu bahwa ini serius. Maaf.

otak:
Kau lupa apa yang baru kemarin kita perbincangkan dan yang telah kita putuskan?
hati:
Tidak, aku ingat dengan jelas apa yang kita putuskan. Tapi ini masalahku, masalah rasa, masalah hati. Aku tak bisa menahannya. Maafkan aku, bisakah kau pergi dan kita bincangkan nanti atau besok? Sekarang aku ingin menikmati dulu rasa ini.. rasa yang sangat indah kawan, hanya karena aku mendengar suaranya..

Keduanya diam, bertatapan dan sepertinya keduanya lelah. Mengakhiri malamnya masing-masing. Selang beberapa jam keduanya bertemu.

otak:
Apa yang kau bicarakan dengannya kawan?
hati:
Banyak! Aku hanya mencoba jujur. tentang bagaimana dia ada di pikiranku setiap saat, bagaimana aku merindukannya setiap tak bersamanya, betapa senangnya aku hanya dengan melihat dan mendengarkan dia bercerita, betapa aku peduli padanya, dan bagaimana senyum dan segala gerak geriknya yang membuat rasa ini semakin tumbuh..

otak:
Rasa? rasa apa?
hati:
Cinta, Sayang, atau apalah namanya, aku tak pandai berkata-kata!

otak:
...
hati:
Kami juga membicarakanmu kawan. tentang bagaimana kau berusaha menutup-nutupi semua ini dengan menjadi bukan dirimu..

otak:
Bukan diriku?
hati:
Ya... tentang kau yang sepertinya kehabisan akal dalam menanggapi hal ini. Mencoba beramah-tamah dengan yang lain di depan maupun di belakangnya, mencoba menipu dirinya dan Tuan kita! Kau membuat semua ini menjadi tidak jelas baginya! Aku sedikit menyalahkanmu karena kaulah yang membuatnya ragu akan keseriusanku.

otak:
Keseriusan? ini serius? bukan hanya perlintasan semata?
hati:
Tidak. Kali ini aku serius. Aku juga tak mengerti mengapa bisa seperti ini. Sungguh.

otak:
Dia tahu? Dia tahu kau serius?
hati:
Pada awalnya tidak, karena kau terus berteriak-teriak dan menggedor-gedor pintu, sedikit mengganggu sehingga dia agak ragu. Belum lagi hal-hal cupu lainnya yang ikut mengganggu. Tapi seharusnya kini dia tahu tentang betapa seriusnya rasa ini. Cinta, sayang atau apalah namanya. Dan aku sangat senang akan hal itu.

otak:
...
hati:
Maafkan aku sekali lagi kawan untuk mengkhianati keputusan kita. Aku hanya ingin berbicara dan jujur padanya. Aku tidak ingin menunggu dan meninggalkan hal ini berlarut-larut dalam ketidakjelasan..

otak:
Apa tanggapannya?
hati:
Tidak jauh berbeda denganmu kawan. Dia heran mengapa ini bisa terjadi. Aneh katanya, kok bisa ya? Dia hanya tertawa dan berterima kasih ketika aku menyatakan itu kepadanya.

otak:
menyatakan apa?
hati:
Cinta, Sayang, atau apalah namanya!

otak:
Mungkin dia hanya tidak ingin menyakitimu kawan, dengan bersikap seperti itu..
hati:
Ya... Sepertinya begitu... Aku SANGAT tidak peka akan hal itu. Dan aku ingin kau tahu satu hal yang dia katakan padaku..

otak:
Apa itu?
hati:
Dia telah mengganggap kita sebagai sahabat! aku ulangi: Sahabat! bukan hanya teman! Tidak tahu denganmu, tapi aku sangat berterimakasih dan tersanjung dia telah mengganggap kita seperti itu.. Bagaimana denganmu kawan? karena aku ingat betapa pentingnya arti kata itu untukmu...

otak:
Sahabat?
hati:
ya, sahabat! bayangkan! siapa sangka?

otak:
...
hati:
Tapi janganlah kau khawatir kawan, karena tampaknya hanya sebatas itu saja untuk ke depannya. Aku dan dia sudah memutuskan hal ini. Maaf untuk tidak menyertakanmu, tapi aku ingin mendengarnya sendiri. Sahabat, tidak kurang dan tidak lebih. Sepertinya rasa ini memang harus dihilangkan atau bahkan dicabut ke akar-akarnya.

otak:
Kalian sudah memutuskan seperti itu? Maafkan aku kawan, hal inilah yang sebenarnya sangat ingin kuhindarkan darimu. Aku selalu menjagamu dengan baik-baik dan hati-hati sekali.
hati:
Tidak apa kawan, aku sangat berterima kasih akan hal itu. Meskipun benar salah itu relatif, tapi sepertinya dalam kasus ini akulah yang salah bukan kamu atau dia.. Ya setidaknya semuanya sudah jelas..

otak:
Jelas? Jelas bagaimana? sepertinya rasa itu belum hilang kawan..susah untuk menghilangkannya!
hati:
Ya.. Dia pun berkata seperti itu, aku juga bercerita tentang tiga cara untuk mengatasi hal itu. Cara-cara aneh yang entah kau dapat darimana..

otak:
Tiga cara?
hati:
Ya, tidak ingatkah kau kawan? untuk mencari kesalahannya, menjauh darinya atau mencari yang lain. Tiga cara yang kita tertawakan karena sangat bukan kita. Dia juga tidak setuju akan ketiga cara itu..Dia menertawakannya..

otak:
Dia tertawa? tidak memberikan solusi?
hati:
Dia hanya menyarankan agar aku untuk tidak menambah atau mengurangi apapun, biarkan semua berjalan apa adanya seperti biasa..

otak:
Tidak menambah atau mengurangi? berjalan apa adanya? Lalu apa yang harus dilakukan dengan rasa yang telah kau tumbuhkan itu?
hati:
Hahaha... Dia sepertinya juga tidak tahu kawan.. ini semua aneh baginya... menurutnya yang bermasalah adalah aku, karena aku yang merasa dan dia berjanji akan membantuku untuk mengatasinya... Tapi dia ingin semua berjalan apa adanya..tidak menambah ataupun mengurangi apapun.. Ya gitu deh katanya. Dan aku setuju dengannya kawan, dengan ditemani waktu, sepertinya ini memang hal terbaik yang harus kulakukan.. tidak jauh berbeda dengan apa yang kita putuskan kemarin bukan?

otak:
...
hati:
Aku harus bisa berbesar diri kali ini. Sepertinya aku harus memendam dan mengubur rasa ini dalam-dalam. Ya sudahlah, toh dia sudah mengganggapku sebagai sahabat, tidak kurang dan tidak lebih. Sepertinya aku cukup puas akan hal itu.

otak:
...
hati:
...

otak:
Tidak, tidak! sepertinya kali ini berbeda. Karena setiap kali kau bertemu dengannya, rasa itu pasti akan terus tumbuh, Aku tahu, karena selama ini aku selalu mengajakmu menjauh darinya ini, lari darinya ketika dia bersama dengan yang lain. Sepertinya aku salah, itu hanya menambah lukamu saja, bukan begitu?
hati:
...

otak:
Berjalan apa adanya? tidak menambah atau mengurangi? BAH! semua itu sepertinya omong kosong! Aku hargai pendapatnya tapi aku benci melihatmu seperti ini kawan. Apa benar kau ingin menghilangkan rasa itu? Tanyakan benar-benar pada dirimu hai kawan!
hati:
...

otak:
Apa benar kau ingin menjauh darinya? apa benar kau hanya ingin sampai di sini?
hati:
...tidak

otak:
Apa? Aku tak mendengarmu?
hati:
...Tidak!

otak:
Apa yang tidak?
hati:
Aku tidak ingin menjauh, aku tidak ingin mencari-cari kesalahannya (karena sebenarnya dia memang tidak pernah melukai aku) aku tidak ingin berhenti sampai di sini, dan aku tidak ingin mengubur apalagi menghilangkan rasa ini!

otak:
Rasa apa?
hati:
Cinta! Sayang! atau apalah namanya! Rasa yang membuatku bahagia saat ini!

otak:
Lalu apa yang kau inginkan?
hati:
Aku ingin...

otak:
Apa yang kau inginkan?
hati:
Aku ingin... Aku ingin dia! Aku cinta, sayang atau apalah namanya kepadanya! Aku menginginkannya!

otak:
(berpikir)
hati:
Lalu?

otak:
Jika memang benar seperti itu... maka sepertinya aku dapat merumuskan sebuah cara lain untuk mengatasi hal ini, sebuah cara yang sepertinya peleburan dari yang lain, bahkan termasuk penyesuaian dari saran dia. Sebuah cara yang mudah namun beresiko.
hati:
... Aku mendengarkan...

otak:
Kau telah merasakan hal ini jauh lebih dalam yang kukira dan rasa itu telah tumbuh jauh lebih besar dari yang dapat kubayangkan.
hati:
Ya... itu sudah jelas bukan..

otak:
Maka sebaiknya kali ini aku tidak akan melarangmu untuk merasakan hal ini kawan. Semakin kau berusaha menghilangkannya, kau hanya akan semakin merasakannya, aku tak tahan melihatmu seperti ini terus kawan! Aku terganggu.
hati:
Lalu..maksudmu?

otak:
Maksudku, sudahlah, jangan kau berusaha lagi untuk menghilangkan rasa itu. Cinta, Sayang, atau apalah namanya. Nikmati saja. Nikmati. Karena sepertinya rasa itu memang untuk dinikmati. Aku hampir melupakan hal yang mudah seperti ini kawan dengan melarangmu, maafkan aku akan hal itu kawan, maafkan aku untuk membatasimu dan melarangmu sebelumnya.. Adalah sepenuhnya kesalahanku untuk melarangmu memiliki dan menumbuhkannya.. Aku sungguh tak tahu harus berbuat apa! Jadi sekarang aku mempersilakan dan memohon padamu untuk menikmatinya! menikmati.
hati:
...

otak:
Ya! Nikmati sajalah dulu. Karena sepertinya dari awal rasa ini tumbuh dengan liar maka biarkan rasa itu tumbuh dengan liar! Jikalau memang harus terus tumbuh ya biarkanlah.. Dan jikalau memang harus hilang ya hilang... tetapi kita tidak perlu berusaha untuk melakukannya. Tidak. Bukan aku ataupun kau. Bukan kita. Kau hanya perlu menikmatinya. mudah bukan?
hati:
Lalu apa resikonya?

otak:
Resikonya, Tuan kita akan terluka, tersakiti. Sepenuhnya resiko ini kau yang akan menanggung! Tapi aku yakin kau bisa mempertanggungjawabkannya. Jangan khawatir, aku juga pasti akan ada di sana jika hal itu terjadi.
hati:
...

otak:
Bagaimana?
hati:
...Tidak biasanya kau mengajukan cara seperti ini kawan! beresiko! sangat berbeda, seperti bukan dirimu yang penuh perhitungan! Tapi aku suka cara ini kawan, dan aku siap akan resikonya! hahaha, tidak terbayangkan aku bisa berkata seperti itu. Tampaknya sedikit demi sedikit ada perubahan dalam diriku, apakah benar seperti itu kawan?

otak:
Bukan hanya dirimu, akupun begitu, dan sepertinya itu semua karenamu. karena rasa yang telah kau tumbuhkan untuknya. Kau bahagia, dan aku senang melihatmu bahagia kawan!
hati:
Ya! Aku sedang bahagia! sangat bahagia! Bahagia karena dia, dan juga rasa yang telah tumbuh untuknya. Andai saja dia juga seperti ini...

otak:
Hahaha... Jika memang seperti itu, ijinkan aku untuk berunding denganmu dan dia tentang hak dan kewajiban serta tentang masa depan kita. Tetapi untuk saat ini jangan terlalu meninggikan harapan kawan, resiko jatuhnya lebih sakit dari yang bisa kau bayangkan.. Jangan terburu-buru, nikmati saja dulu. Nikmati. Aku akan terus ada di sini, mendampingi dan membantumu. Meskipun aku sepertinya juga sangat menginginkannya, tetapi hal itu sepenuhnya adalah hak dan pilihan dia sendiri...

hati:
Hak dan pilihan apa?
otak:
Hak untuk menumbuhkan dan merasakan apa yang ada di dirimu.

hati:
Menumbuhkan? Merasakan? Apa yang tumbuh? Apa yang dirasakan?
otak:
Cinta! Sayang! atau apalah namanya!

----
Just please be true and Just i love you..
i can't fight this feeling and i'm not sorry for loving you.

cause i'm gonna let it flow, can't fight it, it'll just hurt me more..
and i'm gonna let it grow, i'm feeling happy for now, that's for sure..

and i need you to be true to me and to yourself
are you taken? don't just stand there, in the shades..

whatever it is surely will clear this clouded mind of mine
i'll be okay, dont be afraid
Just let me know cause i'll be fine..

there's only you and the time who'll know
if there'll be more hurt or even more love.
and that's okay, i'm fine with it..i'm really fine with it..

change. it's a wonder how a feeling make me differs on everything.
strange. yeah it is but it's just the way i'm dealing with things.


Just please be true cause Just i love you..
----

Thursday, September 18, 2008

empat bungkus nasi goreng

sebuah pembicaraan di tengah malam di atas motor ditemani empat bungkus nasi goreng...

saya:
lurus atau belok nih?
adik:
lurus!
(tak jauh dari perempatan jalan itu, dia melihat ke atas)
adik:
apaan tuh?
saya:
(menengok ke arah atas) bulan..
saya:
bulan..
bulan yang tertutup awan,
awan kelam di langit yang sepertinya hitam.
adik:
...

Tuesday, September 16, 2008

ketika otak mengalah pada hati

Sepertinya terjadi di bulan kelima atau keenam...

otak:
sudahlah kawan..jangan pergi ke sana...
hati:
yah..kali ini saja aku mohon..sudah lama aku tak berjalan-jalan dan bergembira..

otak:
masa? bukankah kau sering berkelana dan bergembira dengan bersama nada-nada dan lukisan-lukisan yang kau buat?
hati:
ah itu persoalan lain kawan..tapi kalau ke sana jarang aku sekali, coba kapan terakhir aku ke sana? 4-5 tahun lalu? itu pun hanya sampai gerbangnya saja bukan? kau selalu melarangku untuk membukanya...

otak:
bukannya melarangmu kawan..ini kan demi kebaikan kita...
hati:
kebaikan kita? hahaha jangan bercanda kawan..belakangan ini aku merasa tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Tampaknya kau lebih mementingkan dirimu dan semua rencana-rencanamu..

otak:
ya..tapi kau selalu termasuk di dalam rencana-rencana itu kawan, bisakah kita tetap berjalan sesuai rencana itu..dan bukankah Tuan kita sudah menetapkan...(terpotong)
hati:
AH SUDAHLAH! aku sudah tahu akan hal itu, tak perlu kau ulang-ulang terus..memang benar Tuan kita menetapkan bahwa kau lah yg memegang peranan lebih penting dalam mengambil keputusan. Tetapi perlu kuingatkan hai kawan..perananmu hanya lebih SATU PERSEN saja dari peranku,SATU PERSEN! itu tidak besar kawan! Dan aku juga sebenarnya tidak mengerti dan tidak menerima mengapa Tuan kita menetapkan seperti itu..INI sangat TIDAK ADIL BAGIKU!

otak:
tapi..
hati:
TIDAK ADA TAPI-TAPI! INTINYA AKU INGIN PERGI KE SANA SEKARANG.

otak:
...
hati:
JANGAN DIAM SAJA!!

otak:
perlukah kuingatkan kawan, hal ini sangat tidak sehat dan saat ini kau sepertinya tidak diinginkan di sana, kau hanya jadi pengganggu, belum saatnya... tidak sekarang, mungkin nanti kawan... sabarlah, sabar...pasti ada saatnya..
hati:
TIDAK, AKU AKAN PERGI KE SANA SEKARANG. Dan tolong berikanlah aku sedikit bekal untuk ke sana..


otak:
...bekal?...
hati:
YA! bekal sedikit pengetahuan, sejarah tentang Tuan kita, ataupun juga rencana-rencana itu yang tak pernah kau serahkan padaku atau siapapun juga...

otak:
...tapi..
hati:
(dengan segera mengambil sebagian kecil dari masing-masing hal-hal itu dan melangkah menuju pintu)

otak:
kawan! jika memang kau harus ke sana sekarang, cuma sekedar mengingatkan, janganlah kau buka lebar2 gerbang itu..jangan pula kau bagi2kan bekal itu secara sembarang..tolonglah ingat akan hal ini.
hati:
ya ya ya.. (akan kucoba, namun aku tak berjanji padamu kawan...)

Hati kembali pada bulan sembilan...

otak:
apa yang terjadi padamu kawan? kau terluka..parah kah? Siapa yang melakukan ini padamu?(memasang muka peduli sambil berusaha menahan tawa)
hati:
bukan, bukan siapa-siapa, aku sendiri yang melakukan ini, menabrak-nabrakan diriku di sana seperti orang bodoh..menjadi bahan guyonan....sudahlah jangan kau tahan tertawamu kawan..tertawalah dan memang benar apa yang kau katakan memang sepertinya gerbang itu belum sepantasnya terbuka...apakah aku harus minta maaf karena bersikap seperti bocah dan karena tidak mendengarkanmu?

otak:
hahahaha...jangan begitu kawan..sebenarnya kita sama..kadang-kadang aku terlalu banyak sok tahu dan kadang-kadang juga aku tidak mendengarkanmu dan bertindak seenaknya sendiri. Tetapi jika boleh, aku ingin minta maaf juga karena tidak mencegahmu dengan sungguh-sungguh untuk tidak pergi ke sana, tapi tidak ada salahnya bukan untuk membiarkan seorang kawan untuk pergi bersenang-senang?
hati:
tidak apa-apa kawan, memang aku cukup bersenang-senang saat di sana, Tetapi lain kali biar kau sajalah yang menentukan kapan aku bisa pergi ke sana..

otak:
ya..tapi aku tak bisa mencegahmu untuk mempunyai keinginan pergi ke sana, itu adalah hakmu kawan! jika memang sudah saatnya kau pasti akan tahu dan merasa, dan aku yang akan membukakan gerbang itu untukmu..
hati:
terima kasih kawan..aku sangat menghargai hal itu...Dan sepertinya Tuan kita telah menetapkan hal yang terbaik untuk dirinya dan diri kita...

otak:
ya..tapi sekarang sebaiknya kita pergi menyembuhkan luka-lukamu ke seorang teman kita yang bernama waktu...sepertinya dia bisa menyembuhkan segalanya..
hati: ya meskipun berbekas tapi dia bisa menghilangkan sakitnya untuk sementara... tapi...

otak:
tapi apa?
hati: bukankah kita tak mempunyai banyak kesempatan bersamanya? cuma sisa berapa? tidak banyak bukan?

otak:
Oh, hal itu tidak usah kau pikirkan kawan...jika memang seperti itu ya seperti itu lah.. tapi sebelum kesempatan itu habis, ijinkanlah aku memperkenalkan kepadamu seorang teman lama..
hati:
siapa?

otak:
Namanya bermakna sama dengan Tuan kita..
hati:
siapa??

otak:
keberuntungan!

--------------
follow your heart lead by your mind - Tuan

Monday, September 15, 2008

kosong.


150908

sedang malas sedang kosong
akibat pikiran terlalu melepas rasa
ketika otak mengalah pada hati
sedang malas sedang kosong

Saturday, September 13, 2008

mengakhiri sesuatu yang seharusnya belum berakhir...

Si Bola sakit. Dia itu anjing saya. Kurang lebih selusin hari dia sakit. PARAH. Tadi dia menangis terus sepanjang malam. Tampak sangat tersiksa. Akhirnya diputuskan untuk mengakhiri sesuatu yang seharusnya belum berakhir. Maafkan saya. Saya sedih sekali. Padahal hari ini adalah ulang tahun ayah saya. Dia sudah almarhum.

Wednesday, September 10, 2008

being not me...

i'm tired of all these kind of things or the situations
about the sensitiveness and all the illusions
when i've tried so hard in being not me

i'm tired of having no one else by my side
they put on the old guise and fake it with pride
and i've tried so hard in being not me

i'm tired of facing these people including you
there's gotta be some way new or something else to do
cause i've tried so hard in being not me

i'm tired of this feeling and i wish i could breakout
having a time off where my mind is the the only hideout
and i've tried so hard in being not me

i'm tired of being inconsiderate, and how about you?
i guess they dont really know me but so are you...
so i've tried so hard in being not me

i'm tired of being not me or someone else who you want me to be
i'd rather having the old me and the alter egos are agreed..
cause i've tried so hard in being not me

i'm tired of being not me but ain't it the life
kicking you out from where you really want to be
yeah i've tried so hard in being not me

i'm tired of being not me and i was never intended to be
i'm tired of being not me and i was never intended to be

mencoba bersosialisasi dan beradaptasi, bukan berimitasi
maafkan ketidaksuksesanku untuk menjadi bukan aku...

Monday, September 1, 2008

sebuah kisah tanpa cerita..

ah...
aku kira aku mulai tahu sedikit tentangmu,
ternyata tidak sama sekali...

tampaknya terlalu banyak cerita lalu...
siapa dia, siapa mereka, apa yang kau cari,
kapan, dimana dan apa saja yang terjadi...
seharusnya aku tak perlu peduli.


ingin aku bertanya langsung, urung aku niatkan,
karena mungkin akan lebih menyakitkan...
meski belum pasti merupakan sebuah kenyataan...

sedikit menyesal mengapa aku kurang berani, untuk merasakan dan menikmati apa yang telah waktu berikan meski hanya sekali...
Tidak, aku tidak ingin menambah kenangan maupun memori...
kecuali jika memang kau memutuskan ingin memberi...

ternyata aku memang belum ataupun tidak bisa mengenalmu...
dan sekarang aku hanya ingin menghindari salahpaham dengan duduk diam perlahan-lahan menjauh tanpa kata-kata kembali menutup hati.

dan janganlah mencoba mengetuk kembali, karena sebagian dari aku sebenarnya mudah sekali untuk kau miliki...

aku ingin minta tolong, kepada siapapun termasuk kamu, tolong agar dimudahkan, dimudahkan untuk menghilangkan rasa ini yang seharusnya tidak berarti. Aku hanya ingin semua kembali seperti beberapa waktu sebelum saat ini.

Ah, lucu..kok aku bisa jadi begini?
perasaan tadi baru jam sepuluh sekarang sudah jam empat pagi?
Ah, Sial kau ****i! berikan pertanggungjawaban atas hal ini...hahaha
Aku tertawa bukanlah berarti tidak serius, bukan begitu?